Top Menu

Senin, 19 November 2012

Keberanian dan Kejujuran Sang Pemuda [Resensi Novel “ Di Kaki Bukit Cibalak”] (P.R.Nabila_14)

  • Ukuran : 11 x 18 cm
  • Tebal : 172 halaman
  • Terbit : Januari 1994
  • Cover :
  • ISBN : 979-605-054-4
  • No Produk : 40194054
·         Penulis : Ahmad Tohari
·         Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
·         Cetakan : I, September 1994
·         Tebal : 176 halaman, 18 cm


                Buku yang dikarang oleh Ahmad Tohari ini termasuk jenis fiksi. Dalam buku ini diceritakan bahwa pada tahun 1970, warga Desa Tanggir sudah mulai mengenal alat-alat canggih. Di sini juga dikisahkan tentang Pambudi, pemuda 24 tahun yang tidak menyukai ketidakadilan. Dalam menegakkan keadilan di desa kelahirannya, Desa Tanggir, Pambudi rela dimusuhi oleh Pak Dirga, Lurah Tanggir. Selain itu, Pambudi juga harus meninggalkan Desa Tanggir dan menuntut ilmu di Yogyakarta bersama teman lamanya, Topo. Di Kota Gudeg itu Pambudi bertemu dengan pengganti Sanis (gadis pujaan Pambudi di Desa Tanggir), yaitu Mulyani,  putri pemilik toko arloji tempat Pambudi bekerja sebelum akhirnya Pambudi memutuskan untuk pindah bekerja di koran Kalawarta yang merupakan koran penolong bagi Mbok Ranem, warga Tanggir yang terkena kanker.

                Banyak cobaan yang harus dialami Pambudi, salah satunya yaitu kembalinya sang ayah ke Rahmatullah saat Pambudi mendapat ijazah kelulusan. Semua pengorbanan Pambudi tidak sia-sia dengan pemecatan Pak Dirga sebagai Lurah Tanggir setelah terungkapnya kebusukan Pak Dirga. Posisi lurah saat ini diduduki oleh seorang pemuda yang memiliki kebijaksanaan seperti Pambudi. Cerita tersebut dituangkan dalam bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

                Selain itu, sisi menarik dari novel ini adalah ceritanya yang mengambil sudut pandang dari hal yang sederhana yaitu suatu kepemimpinan desa, sehingga pembaca dapat mengambil beberapa kesimpulan, misalnya bahwa pada lingkup sempit saja sudah banyak ketidak adilan, apalagi di lingkup yang luas, seperti negara. Ada juga kekurangan di dalamnya, yaitu masalah-masalah yang terlalu banyak diungkap sehingga Ahmad Tohari seakan-akan tidak memberi kesempatan pembaca untuk beristirahat sejenak karena pembaca terlalu sering disuguhi konflik yang muncul pada cerita. Walaupun demikian, novel ini dapat memberi gambaran dengan baik pada pembaca tentang keberanian dan kejujuran dapat memenangi sebuah ketidakadilan.



0 komentar:

Posting Komentar